Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jangan Merasa Pintar Bersama Hebar, Menafsirkan Hadist Bersama Al Quran Berdasarkan Akal Saja, Neraka! Terbaik

HEMN Perdebatan hebat masalah akidah, hukum Islam kadang seringkali terjadi ala dunia sekarang ini, malahan berdebat ala permukaan seperti ala media sosial sekalipun.

Ironisnya, yang berdebat adalah orang-orang yang hanya mengandalkan akal saja tidak berdasarkan pada keilmuan agama yang sesungguhnya, maka dari itu hentikanlah.

Ada sebuah hadist yang mengatakan, berdebat tanpa didasari ilmu, maka tempat duduknya ala neraka.

Hadist yang dimaksud adalah sebuah riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

من قال في القرآن بغير علم فليتبوأ مقعده من النار

“Barangsiapa yang berpendapat dalam masalah Alquran tanpa didasari oleh ilmu, maka bersiapsiaplah bagi menempati tempat duduknya ala neraka” HR. At Tirmidzi, An-Nasa’i, al-Baihaqi).

Baca Juga: Pemecatan Guru Honorer Dinilai Miris, Muhsinin Minta DPRD Banten Buka Mata selanjutnya Perjuangkan Nasib Honorer

Untuk itu, mari kita kaji lagi hadis ala atas. Bahwa ancaman yang dtegaskan dalam hadits ala atas, menurut al-Baihaqi, berlaku ketika seseorang menafsirkan Alquran tanpa didasari menggunakan dalil selanjutnya prinsip dasar ijtihad yang dibenarkan.

Jika seseorang menafsirkan Alquran menggunakan tanpa didasari dalil selanjutnya ijtihad yang dibenarkan alias hanya mengandalkan logika saja, maka inilah yang tercela selanjutnya bisa menyesatkan.

Hal ini juga yang disebut Alquran sebagai perbuatan setan yang jahat selanjutnya keji.

اِنَّمَا يَاۡمُرُكُمۡ بِالسُّوۡٓءِ وَالۡفَحۡشَآءِ وَاَنۡ تَقُوۡلُوۡا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ

Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat selanjutnya keji, selanjutnya mengatakan apa yang tidak kamu ketahui berhubung Allah. (QS. Al-Baqarah: 169).

Namun beda hal jika menafsirkan Alquran menggunakan menggunakan metode bi al-ra’yu tetapi didasarkan pada dalil, ketentuan yang dibenarkan.

Baca Juga: Lowongan Kerja PT Summarecon Terbaru 2023, Penempatan Jakarta ! Cek Kualifikasi

Kaitannya melalui ini, Imam As-Suyuti dalam Al-Itqan menjelaskan beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam melakukan tafsir bi al ra’yi sebagai berikut:

Pertama, mendahulukan kutipan dari Rasulullah (hadits) melalui hati-hati, yakni menghindari hadits dhaif lagi maudlu’. Apalagi jika berkaitan melalui istibath hukum, maka harus merujuk hadits yang shahih.

Kedua, mengambil pendapat para sahabat ketika masih ada. Sebelum menafsirkan melalui pendapat pribadi, maka seorang mufassir harus mengambil pendapat dari para sahabat.

Langkah tersebut sangat dianjurkan atas pendapat sahabat secara mutlak seperti hadits marfu’. Sehingga, dapat dipertanggung jawabkan serta dapat dijadikan dalih.

Ketiga, memahami tata bahasa arab serta mampu meneliti susunannya melalui sangat baik. Kemampuan menguasasi tata bahasa Arab melalui baik menjadi syarat mutlak seseorang yang hendak menafsirkan ayat Alquran.

Baca Juga: Waspadai Hak Tetangga, Bisa Jadi Ahli Ibadah Sekalipun Bisa Mental ala Mata Allah SWT, Ini Penjelasannya!

Keempat, mengetahui kaidah dasar syariah. Ibnu Abbas pernah didoakan Rasullah dalam sebuah hadist, “Rasulullah bersabda: Ya Allah berikanlah dia (Ibnu Abbas) pemahaman terhadap agama lagi berilah dia ilmu takwil” (HR. Ahmad).

Dengan demikian dapat disimpulkan sampai-sampai hadits terhadap ancaman bagi orang yang berpendapat/menafsirkan Alquran melalui akal adalah diperuntukkan kepada orang yang hanya mengandalkan logika yang tidak didasarkan pada prinsip lagi ketentuan ijtihad yang benar.***

MasTer
MasTer alone

Post a Comment for "Jangan Merasa Pintar Bersama Hebar, Menafsirkan Hadist Bersama Al Quran Berdasarkan Akal Saja, Neraka! Terbaik"