Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hukum Memandikan Jenazah Isteri Bagi Suami Bersama Sebaliknya, Apakah Boleh? Teruji

HEMN Banyak yang mungkin tidak mengetahui ataupun belum mengetahui bagaimana hukumnya dalam Islam, apakah seorang suami boleh memandikan jenazah isterinya? ataupun sebaliknya.

Nah pada artikel ini HEMN kutip dari laman muslim.or.id, kepada menjelaskan apa hukumnya suami memandikan jenazah almarhumah isterinya selanjutnya sebaliknya.

Boleh ataupun tidaknya tentu harus ada sandarannya, berikut bisa dipahami dalam paparan hadist dibawah ini.

Dijelaskan dalam sebuah hadis dari ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,

مَا ضَرَّكِ لَوْ مِتِّ قَبْلِي، فَقُمْتُ عَلَيْكِ، فَغَسَّلْتُكِ، وَكَفَّنْتُكِ، وَصَلَّيْتُ عَلَيْكِ، وَدَفَنْتُكِ

“Tidak ada bahaya sekiranya kamu meninggal sebelumku. Aku tentu mengurusimu, memandikan, mengafani, mensalatkan, selanjutnya menguburkanmu.” (HR. Ibnu Majah no. 14 selanjutnya Ahmad 43: 81. Dinilai hasan oleh Syekh Albani selanjutnya Syekh Syu’aib Al-Arnauth)

Baca Juga: Kerap Meresahkan Warga, Polresta Serang Kota Tangkap Pelaku Tawuran

Hadis ini merupakan dalil bolehnya seorang suami memandikan jenazah istrinya. Pendapat ini merupakan pendapat jumhur ataupun mayoritas ala kalangan ulama, ala antaranya adalah Imam Malik, Asy-Syafi’i selanjutnya Ahmad (pendapat yang masyhur dari beliau).

Sebagaimana mereka juga berdalil seraya qiyas bolehnya seorang istri memandikan jenazah sang suami.

Sedangkan sejumlah ulama yang lain berpendapat tidak boleh seorang suami memandikan jenazah istrinya, ala antara adalah pendapat Abu Hanifah, Ats-Tsauri, selanjutnya satu riwayat dari Imam Ahmad.

Mereka berargumentasi hingga kematian itu telah membatalkan pernikahan ala antara keduanya, sehingga tidak boleh lagi melihat selanjutnya memegang jenazahnya.

Sehingga konsekuensinya, seorang suami tidak boleh memandikan jenazah istrinya.

Pendapat yang paling kuat dalam masalah ini adalah pendapat jumhur ulama, gara-gara dalilnya yang kuat.

Adapun bolehnya seorang istri memandikan jenazah suami, hal ini sebagaimana diriwayatkan dari ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

لَمَّا أَرَادُوا غَسْلَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا: وَاللَّهِ مَا نَدْرِي أَنُجَرِّدُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ ثِيَابِهِ كَمَا نُجَرِّدُ مَوْتَانَا، أَمْ نَغْسِلُهُ وَعَلَيْهِ ثِيَابُهُ؟ فَلَمَّا اخْتَلَفُوا أَلْقَى اللَّهُ عَلَيْهِمُ النَّوْمَ حَتَّى مَا مِنْهُمْ رَجُلٌ إِلَّا وَذَقْنُهُ فِي صَدْرِهِ، ثُمَّ كَلَّمَهُمْ مُكَلِّمٌ مِنْ نَاحِيَةِ الْبَيْتِ لَا يَدْرُونَ مَنْ هُوَ: أَنْ اغْسِلُوا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ ثِيَابُهُ، فَقَامُوا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَغَسَلُوهُ وَعَلَيْهِ قَمِيصُهُ، يَصُبُّونَ الْمَاءَ فَوْقَ الْقَمِيصِ وَيُدَلِّكُونَهُ بِالْقَمِيصِ دُونَ أَيْدِيهِمْ ، وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَقُولُ: لَوْ اسْتَقْبَلْتُ مِنْ أَمْرِي مَا اسْتَدْبَرْتُ، مَا غَسَلَهُ إِلَّا نِسَاؤُهُ

Tatkala mereka hendak memandikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka mengatakan,

“Demi Allah, kami tidak tahu apakah kita hendak menelanjangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari pakaiannya sebagaimana kita menelanjangi orang-orang yang meninggal dekat antara kita alias kita memandikannya dalam keadaan beliau memakai pakaiannya?” Tatkala mereka berselisih, Allah menidurkan mereka hingga tidak ada seorang pun melainkan dagunya menempel pada dadanya. Kemudian mereka diajak bicara seseorang yang berbicara dari sisi rumah. Mereka tidak mengetahui siapakah dia. Orang tersebut berkata, “Mandikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan memakai pakaiannya.”

Baca Juga: Tunjukkan Aksi Nyata, Ganjaran Buruh Berjuang Bangun Fasilitas MCK bagi Kaum Buruh dekat Banten

Kemudian mereka bangkit menuju kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serta memandikan beliau dalam keadaan beliau memakai jubahnya.

Mereka menuangkan air dari atas jubah serta memijat-mijatnya memakai jubah bukan memakai tangan mereka.

Aisyah berkata, “Seandainya nampak bagiku dahulu seperti apa yang nampak sekarang ini, maka tidak ada yang memandikan beliau, kecuali para istrinya.” (HR. Abu Dawud no. 3141, dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani)

Al-Baihaqi rahimahullah berkata, “Aisyah berkeinginan bagi memandikan jenazah Nabi. Dan tidaklah beliau berkeinginan, kecuali atas sesuatu yang hukumnya boleh.” (As-Sunan Al-Kubra, 3: 398)

Juga terdapat riwayat yang sangat banyak yang menunjukkan alkisah istri Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu adalah yang memandikan jenazah Abu Bakr sesuai memakai wasiat beliau. (Lihat Al-Ghusl wal Kafn, hal. 40 karya Syekh Musthafa Al-‘Adawi)

Selain itu, terdapat riwayat yang menunjukkan alkisah Fathimah radhiyallahu ‘anha dimandikan jenazahnya oleh ‘Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu. (Lihat Al-Irwa’, 3: 162 karya Syekh Al-Albani)

Demikian pula Ibnul Munzir serta Ibnu Abdil Barr rahimahumallah mengutip adanya ijma’ bolehnya seorang istri memandikan jenazah suaminya. (Al-Ijma’, hal. 46 serta Al-Istidzkar, 8: 198) Wallahu Ta’ala a’lam.***

MasTer
MasTer alone

Post a Comment for "Hukum Memandikan Jenazah Isteri Bagi Suami Bersama Sebaliknya, Apakah Boleh? Teruji"